Sunday, April 29, 2007

Melanjutkan kehidupan Islam


Ajaran islam dan ayat-ayat alquran telah turun dengan lengkap. Ajaran islam baik mabda(ide),manhaj atau thariqoh,beserta syariat-syariatnya baik ubudiyah maupun muammalah yang mengatur setiap individu, telah diturunkan secara sempurna.Seluruh ayat-ayat alquran,baik perintah maupun larangan pun juga telah diturunkan secara lengkap,dan hanya Islamlah satu-satunya pandangan hidup atau agama yang diridhoi oleh allah swt.Allah swt berfirman: QS.almaidah[5]:3 Sehinga pendapat yang mengatakan bahwa alquran dulu diturunkan secara berangsur angsur dan sedikitdemi sedikit ,tidak turun sekaligus dan melalui proses bertahap, oleh sebab itu kita boleh melaksanakan perintah dan larangan allah secara bertahap,sedikit demi sedikit,sedikit lebih baik dari pada tidak sama sekali. Pendapat ini terkadang mengabaikan sementara ajaran islam yang dipandangnya tidak sesuai dengan kondisi,realita dan pandangan akal dan nafsunya,lebih dari itu minus dalil. Allah juga berfirman: QS.al-an’am[6]:115 Allah swt.saat menurunkan hukum-hukum berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah untuk memperkuat dan memeperteguh hati dan keimananan.Ayat yang pertama kali turun adalah masalah iman,kemudian tentang surga adan neraka.setelah itu halal dan haram. Hal ini bukan berarti mengambil sebagian islam dan meninggalkan sebagian yang lain.Saat itu kaum muslim bertanggung jawab sebatas ayat-ayat alquran yang telah turun,sedangkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum belum turun,maka kaum muslimin saat itu bertanggung jawab terhadap islam seluruhnya,akan tetapi masih sebatas pada apa yang telah dijelaskan nash-nash syara.(Mahmud,1995) Umat islam diwajibkan untuk melaksanakan perintah dan larangan allah yang telah diturunkan dalam alquran. QS.al hasyr[59]:7 Kaum muslimin bertanggung jawab terhadap perintah-perintah dan hukum hukum yang berkaitan dengan individu muslim dalam setiap keadaan,baik disitu institusi islam telah ada maupun tidak.Sedangkan perintah-perintah allah yang pelaksanaannya di bebankan kepada institusi tersebut, tetap menjadi beban ummat selama belum adanya institusi yang dapat melaksanakan urusan kaum muslimin secara keseluruhan.Inilah semua hal-hal yang telah terbeban dan muslim telah terkena hukum untuk melaksanakannya baik itu wajib,sunnah,makruh ataupun mubah. Dalam hal ini perintah dan larangan Allah yang hukumnya wajib maka ditinggalkan dan dilaksanakan sepenuhnya, tidak ada lagi yang namanya “melihat ke belakang” seperti:contoh turunnya ayat yang melarang minum khamar,dengan alasan karena dulu turun secara bertahap,maka kita boleh meminumnya sesuai dengan kondisi dan tahapan tertentu. Ajaran islam tidak bisa di amalkan sebagian- sebagian Tidak bisa hanya memilih perintah-perintah allah yang mudah dan ringan-ringan saja.Kita sebagai umat islam yang telah berani bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah dan mengakui bahwa Muhammad utusan Allah,juga harus berani mengambil perintah dan larangan Allah dan rasulnya secara keseluruhan,tidak bisa mengamalkan ajaran yang satu seraya meninggalkan ajaran yang lainnya,atau mengamalkan sebagian amalan yang wajib dan berfokus pada hal yang sunnah-sunnah saja(nafilah dan mandubaat),itu pun yang dipandang mudah dan ada manfaatnya bagi dirinya Atau menekankan hal-hal yang sunnah dan mubah menjadi seakan-akan wajib. Atau mengambil sebagian yang mudah dari ajaran agama,sementara yang wajib diamalkan berdasarkan hawa nafsunya dan bertindak sekehendak hatinya,atau disaat ajaran islam dipandang membahayakan existensi diri dan kehormatannya maka dia berpendapat boleh meningggalkan dulu sebagian yang lainnya karena kondisinya berubah.Perintah Allah yang hanya dapat dilaksanakan bertahap-tahap hanyalah pada perkara yang hukumnya sunnah saja,salah satu contohnya amalan untuk meningkatkan syakhsiyah islam(kepribadian muslim);sholat sunnah,tahajjud,membaca quran,sedeqah,dsb. Sedangkan perkara wajib,maka tidak ada kompromi di dalamnya.wajib harus dilaksanakan. Tidak bisa menjauhi larangan-larangan yang masuk akal,dan ada manfaatnya saja. Berbahanya memandang setiap amal perbuatan hanya dari segi manfaatnya adalah,disaat suatu perintah wajib yang lain menuntutnya untuk mengerjakannya, tetapi dipandang tidak ada manfaatnya, maka seketika dia tidak mau melaksanakannaya,dan tentu dia akan terkena “haram”,dan nanti akan dihisab oleh Allah swt. Selain itu pandangan seperti ini akan cenderung menghalalkan perkara yang diharamkan oleh allah swt.Dalam context perjuangan islam salah satunya contohnya adalah dengan dalih untuk kemashalatan ummat segala hal yang haram ditempuh juga. Sebagai contoh: QS:Ali imran[2:]? Jangan memberikan Wala(pertolongan,bersahabat)dengan orang kafir seraya mengabaikan kaum muslimin,Walaa tattaahizul mukminiinal kafiriina awliaa’a mindunil mukiminin,diabaikan dengan dalih “Nanti dulu saja,kita kan belum kuat”,atau” nanti kita nggak diberi bantuan dan pinjaman dari mereka”, nanti rakyat kita nggak bisa sekolah keluar negeri,nanti kita tidak dapat teknologi,dll. sedang kita dituntut untuk berani kepada orang yang memusuhi islam,apa lagi secara terang-terangan.Allah swt berfirman: Ali imran[2:175] Karena itu ,janganlah kalian takut kepada mereka,tetapi takutah kepadaku,jika kalian orang-orang yang beriman. Atau ayat:Annisa[138-139] Mereka menempuh jalan yang melanggar aturan allah,dan manfaat Untuk menegakkan Izzah islam,bukan dengan menempuh ajaran dan perintah allah yang penuh izzah untuk mendapatkan keberkatan dan keridoannya sekaligus memetik manfaatnya ada atau tidak.Kita umat islam yang yakin akan pertolongan allah percaya, dimana disitu ada keatatan kepada peraturan dan perintah allah maka situlah ada kemulyaan dan keberkatan yang nantinya akan datang dengan melimpah ruah,bukan dengan meninggalkan petunjuk allah dengan dalih untuk adanya maslahat atau tidak sengan menerapkannaya. Kesalahan pandangan yang mengatakan bahwa islam harus diterapkan secara bertahap. Mulai dari amalan yang kecil ke amalan yang besar. Pandangan yang mengatakan bahwa Ajaran islam itu sebaiknya diterapkan secara bertahap,mulai dari hal-hal yang kecil baru ke yang besar,mulai dari individu dulu baru kemudian boleh kita meyebarkan islam dan mendirikan islam ke level yang lebih tinggi.Penganut pandangan ini adalah yang hanya menurutkan akal dan kata hatinya saja.Pandangan ini tidak dapat diterapkan sama sekali dalam melaksanakan perintah yang wajib dan larangan yang haram,karena nantinya kita akan cenderung untuk meninggalkan sebagian yang wajib,dan melaukan sebagian yang haram dengan dalih”penerapan secara bertahap”.dalam hal ini kita tetap terbeban hukum berdosa, saat kita tidak melaksanakan yang wajib atau melaksanakan yang haram.Allah swt akan tetap menghisabnya di yaumil akhir terlepas apakah kita mampu melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram atau tidak.Bayangkan jika kita menerapkan ide secara bertahap pada prilaku pembunuhan, “Akh saya baru membunuh tiga orang kemarin saya membunuh empat orang”, baru bisa meninggalkan zina sekali dalam sebulan dari dua kali sebulan,karena masih hidup di negeri kufur,baru bisa tidak mencuri selama dua hari kemarin tiap hari,atau mencuri hanya sedikit kemarin banyak dengan alasan hidup di lingkungan pencuri,baru bisa sholat maghrib dulu aja,karena sibuk,baru bisa puasa tiga hari saja bulan ramadhan ini,dengan dalih tertentu, baru bisa meninggalkan haram ini dan itu,hingga seterusnya,karena tabi’at manusia akan menurutkan hawa na fsunya jika tidak ada pengatur dari yang maha pencipta yang serba tahu akan perintah dan larangan yang terbaik,karena Dia sendiri yang menciptakannya,yaitu Allah swt. Pandangan mengutamakan ide penerapan islam islam secara bertahap ini hanya bisa dilakukan atas perkara-perkara yang selain wajib dan haram,karena kita tidak terkena dosa saat meninggalkan dan mengerjakannya atau bahkan menunda sebagiannya.Sebagai contoh hukum yang mandubat(sunnah),atau yang bersifat untuk pembinaan dan peningkatan amal-amal syakhsiyah islamiyah(kepribadian muslim)seperti bertahapnya dalam melakukan peningkatan sholat sunnah rawatib(tetapi yang wajibnya telah sempurna),meningkatkan puasa sunnah yang dari seminggu sekali menjadi dua kali seminggu dengan puasa ramadhan yang full terkecuali udzur,meningkatkan membaca Al-quran,meningkatkan hafalan-hafalan quran,meningkatkan frequensi sholat tahajjud, dan amalan-amalan sunnah yang lainnya termasuk berusaha sekuat tenaga dan bertahap menghindari perkara-perkara yang makruh dan subhat. Adapun dalam melaksanakan amal-amal perbuatan harus ada prioritas dari yang wajib,sunnah,mubah,makruh.tidak sebaliknya berfokus pada hal-hal yang dihukum mubah,dan sunnah seraya melalaikan yang wajib.Penerapan islam yang kaffah,menjadikan setiap individu dapat mengamalkan islam sesuai dengan standar minimal amal perbuatan yang di ridhoi oleh allah swt,sehingga setiap individu-individu akan diberi suasana yang membawa dan membakar semangatnya untuk berlomba-lomba menjalankan perintah Allah swt,untuk meningkatkan kedekatan dan keataatannya kepada allah dengan kepribadian muslim yang sempurna, baik itu sunnah ataupun bahkan sampai meninggalkan perkara-perkara yang dianggap makruh dan subhat oleh dirinya.Individu akan senantiasa concern untuk mendekatkan diri kepada allah karena Aqidah,akal,harta,jiwanya,keturunannya senantiasa terjaga oleh daulah islam yang diterapkan mencakup seluruh aspek kehidupan tanpa terkecuali,begitu juga dengan hal dakwah islam,tidak juga dilakukan secara bertahap dulu sebagai contoh’’ berawal dari dakwah Hati ’’dulu.Dakwah Islam untuk melanjutkan kehidupan Islam tidak cukup dengan membentuk pribadi-pribadi yang baik. Lebih dari itu, dakwah Islam mutlak dilakukan secara komprehensif. Membatasi dakwah dengan batas tertentu sebagai contoh hanya dengan’’dakwah nasehat dan hati” hanya akan memproduksi pribadi-pribadi yang mencapai ketenangan dan ketenteraman individual, tanpa menghasilkan kebangkitan umat secara keseluruhan(kurnia,2001). Bahkan, prioritas dakwah untuk mengubah kehidupan jahiliah menjadi kehidupan Islam menjadi terabakan.[ Wallahua’lam]

ASAS KEBANGKITAN PERADABAN

Pada awal pagi
Dia mendaki gunung
mencari kayu api
Sehingga larut malam
Dia menganyam selipar (daripada jerami padi)
Sambil berjalan
Dia tidak pernah berhenti membaca

Puisi itu mengisahkan seorang pemuda Jepang bernama Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad ke-20. Kegigihannya dalam memburu ilmu menjadi inspirasi masyarakat Jepang. Oleh pemerintah Jepang, semangat Kinjiro itu kemudian disebarkan dalam bentuk buku teks moral, tugu peringatan, dan lagu-lagu. Semangat inilah yang banyak memberi inspirasi masyarakat Jepang untuk mengejar ilmu pengetahuan dan kemudian tampil sebagai salah satu peradaban besar. Pada abad-abad ke-19, masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat “haus ilmu”. Budaya itu telah membangkitkan Jepang menjadi kekuatan dunia dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi yang mengagumkan pada masa-masa berikutnya. Banyak ilmuwan Barat heran, bagaimana bangsa yang dikalahkan dan dihancurkan dalam Perang Dunia II itu kini mampu mengalahkan Barat dalam berbagai bidang. Profesor Ezra Vogel dari Harvard University, merumuskan, bahwa kejayaan Jepang ialah berkat kepekaan pemimpin, institusi, dan rakyat Jepang terhadap ilmu dan informasi dan kesungguhan mereka menghimpun dan menggunakan ilmu untuk faedah mereka.Jepang telah menempatkan ilmu dalam posisi penting sejak Zaman Meiji (1860-an-1880-an). Pada akhir 1888, dikatakan, terdapat sekitar 30.000 pelajar yang belajar di 90 buah sekolah swasta di Tokyo. Sekitar 80 persennya berasal dari luar kota. Pelajar miskin diberi beasiswa. Sebagian mereka bekerja paroh waktu sebagai pembantu rumah tangga. Namun mereka bangga dan memegang slogan: “Jangan menghina kami, kelak kami mungkin menjadi menteri!” Para pelajar disajikan kisah-kisah kejayaan individu di Barat dan Timur. Contohnya, buku Yukichi Fukuzawa, berjudul Galakkan Pelajaran pada tahun 1882 terjual 600.000 naskah. Buku ini antara lain menyatakan: “Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Sesiapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa dan hina.”Paparan menarik tentang budaya ilmu dan kebangkitan bangsa Jepang ini disajikan dengan ringkas dan padat oleh penulis buku ini. Penulisnya,
Prof. Dr.Wan Mohd. Nor Wan Daud, seorang guru besar di International Institut of Islamic Thought and Civilization—International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM). Jepang hanya satu contoh, bagaimana bangsa kecil ini mampu bangkit dengan menjadikan budaya ilmu sebagai asasnya. Bom sekutu yang meluluhlanttakan beberapa kotanya terbukti tidak mampu menghentikan kebangkitan bangsa ini di dunia sains dan ilmu pengatahuan. Buku ini menarik, karena bukan hanya menyajikan konsep ilmu dan budaya ilmu dalam tataran normatif. Telaah historis dan perbandingan konsep budaya ilmu antar berbagai peradaban disajikan dengan gamblang, seperti budaya ilmu dalam masyarakat Yunani, Cina, India, Yahudi, Barat, dan Islam dipaparkan dengan kemas. Dalam tradisi Yunani, misalnya, seperti dikatakan Robert M. Huchins, bekas Presiden dan conselor University of Cicago, bahwa di Athens: “pendidikan merupakan matlamat (tujuan.pen.) utama masyarakat. Kota raya mendidik manusia. Manusia di Athens dididik oleh budaya, oleh paideia.” Meskipun terbilang kecil dan tidak memiliki tentara yang kuat, peradaban Yunani berpengaruh besar terhadap masyarakat Romawi dan kemudian juga peradaban Barat. Namun, meskipun berbudaya ilmu, masyarakat Yunani mengabaikan akhlak – ciri budaya ilmu yang berbeda dengan budaya lmu dalam Islam. Demonsthenes, seorang filosof Yunani, mengungkap pandangan kaum cerdik pandai tetapi pintar menjustifikasi amalan tidak berakhlak: “Kami mempunyai institusi pelacuran kelas tinggi (courtesans) untuk keseronokan (keindahan. Pen.), gundik untuk kesihatan harian tubuh badan, dan istri untuk melahirkan zuriat halal dan untuk menjadi penjaga rumah yang dipercayai.” Bangsa Yahudi sudah dikenal luas menghargai budaya ilmu. Ilmuwan-ilmuwan Yahudi seperti Einstein, Baruch Spinoza, Sigmund Freud, Karl Marx, memiliki pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Budaya keilmuan di Barat juga menarik dicermati. Setelah terlepas dari cengkeraman kekuasaan Geraja dan memasuki zaman baru (renaissance), bermunculan ilmuwan-ilmuwan Barat yang memiliki pengaruh besar dalam tradisi keilmuan seperti Galileo Gelilei (m. 1642), Charles Darwin (m. 1882), Marie Curie (m. 1934), dan sebagainya. Kini, dunia Barat tetap memberikan perhatian besar terhadap masalah keilmuan. Berbagai pusat kajian ilmu dibangun. Untuk memahami dunia Timur (Asia-Afrika) mereka membangun pusat-pusat kajian dan bidang kajian yang dikenal sebagai “Orientalisme”. Berbagai daya upaya dan biaya dikeluarkan untuk menguasai bahan-bahan literatur, baik buku, manuskrip, majalah, risalah tentang dunia Timur (termasuk dunia Islam). Penguasaan bahasa Arab, Parsi, Turki, Urdu, dan sebagianya juga digalakkan. Bagaimana dengan dunia Islam? Penulis buku ini dikenal sebagai pendukung kuat konsep “Islamisasi”. Berbagai buku dan artikelnya – yang biasanya ditulis dalam bahasa Inggris -- tentang pemikiran dan pendidikan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia, Indonesia, Bosnia, Turki, Farsi, Rusia, dan Jepang. Salah satu bukunya, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas: An Exposition of the Original Concept of Islamization, tahun 2003 ini juga diterbitkan di Indonesia dan Russia. Islam, menurut penulis, memiliki akar konsep dan budaya yang kuat dalam pengembangan tradisi dan budaya ilmu. Prof. Hamidullah, misalnya, menunjukkan, bahwa kebanyakan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan aspek keilmuan, justru diturunkan di Mekkah. Berbagai hadith Nabi Muhammad saw menekankan pentingnya kedudukan ilmu dalam Islam. Para sahabat Nabi juga dikenal sebagai orang-orang yang haus akan ilmu. Kata Muadh bin Jabal: “Ilmu adalah ketua bagi amal; amal menjadi pengikutnya.” Salah satu sabda Nabi saw yang sangat popular adalah: “Menuntut ilmu adalah satu kewajiban ke atas Muslim dan muslimat.” Budaya ilmu di dalam Islam memang khas. Konsep pembagian ilmu menjadi “ilmu fardhu ain” dan “fardhu kifayah”, misalnya, tidak dikenal dalam konsep peradaban lain. Umur manusia yang terbatas tidak memungkinkan manusia mengejar semua ilmu. Maka, perlu dipelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat. Sebab, ujung dari pengejaran ilmu adalah pengenalan Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Dalam konteks inilah bisa dipahami makna ayat Quran: ”Hanyasanya hanya mereka yang berilmu yang takut kepada Allah.” Satu konsep menarik yang diajukan penulis adalah konsep “integratif” – disamping konsep “Islamisasi”. Penulis mengkritik keras konsep “spesialisasi sempit” yang membutakan ilmuwan dari khazanah keilmuan bidang-bidang lain. Ia menekankan perlunya menjelmakan sifat keilmuan yang multi-disciplinary dan inter-disciplinary. Spesialiasi yang membutakan terhadap bidang lain, menurut Jose Ortega Y, filosof Spanyol yang berpengaruh besar selepas Nietszche, telah melahirkan “manusia biadab baru” (a new barbarian). Tradisi keilmuan dalam Islam tidak mengenal sifat “spesialisasi buta” seperti ini. Ilmuan-ilmuwan Islam dulu dikenal luas memiliki penguasaan di berbagai bidang. Pada akhir bukunya, penulis membuktikan, bahwa konsep budaya ilmu dalam Islam telah diterapkan dalam institusi pendidikan yang praktis di ISTAC. Meskipun menekankan “keunikan” budaya ilmu dalam Islam dan mengajukan konsep “Islamisasi ilmu-ilmu semasa (kontemporer)”, Prof. Wan Mohd Nor mengimbau kaum Muslim tidak apriori terhadap ilmu-ilmu yang berasal dari peradaban di luar Islam. Meskipun mengkritik keras berbagai aspek konsep dan budaya ilmu dalam peradaban Barat, yang diilhami oleh semangat sekular, penulis mengajak kaum Muslim untuk mengakui, bahwa banyak ilmuwan Barat yang gigih dan bersungguh-sungguh dalam mengejar ilmu, dan banyak juga iktibar dan kebaikan dapat diperolehi dari mereka.Meskipun tidak terlalu tebal, buku ini ditulis dengan standar ilmiah yang tinggi, lengkap dengan referensi, catatan belakang, dan indeks, sehingga memudahkan pembaca untuk menjadikannya sebagai rujukan. “Sayangnya”, buku ini masih ditulis dalam bahasa Malaysia, meskipun penerbitnya juga memasarkannya di Indonesia, melalui kerjasama dengan penerbit Media Dakwah. Sejumlah istilah bisa menimbulkan salah paham, seperti “seronok”, “bandar”, dan sebagainya. Jumlahnya memang tidak banyak. Dengan bahasa ini pun, pembaca Indonesia akan cukup mudah memahami pesan buku ini. Akhirul kalam, sebagai bangsa yang sedang “menggeliat” dalam keterpurukan yang berkepanjangan, buku ini sangat baik untuk bahan renungan tentang sejarah dan perjalanan bangsa Indonesia. Apakah budaya ilmu yang melandasi sejarah dan arah perjalanan bangsa Indonesia, atau budaya yang berlawanan, yaitu “budaya jahil”. Jika terlalu banyak dana dihamburkan untuk membangun patung, monumen, pelesiran, dan berbagai fasilitas hiburan, dibandingkan anggaran pendidikan, itu diantara pertanda bahwa budaya ilmu masih jauh dari tradisi bangsa itu. Dan sejarah menunjukkan, budaya jahil tidak pernah membangkitkan satu peradaban. Wallahu a’lam. (KL, 8 Desember 2003).

Friday, April 20, 2007

Indahnya Memaafkan

Jum'at, pukul 12. 00:
Di masjid sebelah kantor, aku menyimak dengan seksama seorang khotib berceramah tentang kesabaran seorang Nabi Ayyub 'alaihissalam.
Fragmen kehidupan yang mengajarkan bagaimana menyikapi suatu ujian tanpa harus berteriak lantang "Engkau begitu kejam Tuhan, mengapa?"
Karena kesemuanya, didasari kesadaran dan ketundukan, yang membuat kata kesabaran tiada memiliki garis batas hingga "Sang Pembuat Mekanisme Ujian" memisahkan antara ruh dan jasad makhluk-Nya
Jum'at, pukul 12. 15:
Di tengah sholat jum'at, ditingkah suara syahdu imam sholat membacakan beberapa ayat al-qur'an, tiba -tiba cairan hangat memenuhi kelopak mata, entah mengapa.....
Jum'at, pukul 14. 00:
" Mas, minta tolong spanduknya diambilkan jam setengah tiga ya, karena saya sudah balik ke lamongan. Kemarin janji pembuatnya harusnya spanduk itu selesai sebelum jum'at, tolong ya... " nyaring terdengar suara salah seorang temanku dalam suatu kepanitiaan di ujung telepon
"Ok, Insya Alloh, nanti sepulang kerja saya ambil......" jawabku
Jum'at, pukul 15. 00:
"Maaf Mas, spanduknya belum jadi, nanti ya jam setengah lima, ini lagi banyak pesenan juga mas, gimana?" kata seorang wanita umur tiga puluhan, isteri sang pembuat spanduk
Ini sudah yang kesekian kali pemesanan spanduk, di tempat yang sama, tidak tepat waktu. Aku mengatur nafasku, mencoba untuk tidak marah, betapa pun rencananya sesegera mungkin aku berangkat naik bus ke lamongan.
"Ok mbak, saya tunggu sampai jam setengah lima, tapi tolong diantar ke kantor saya di alamat ini " pintaku sembari menyodorkan selembar kertas yang berisi alamat kantorku
" Aku maafkan Ya Robb, sekalipun entah ini yang keberapa kali orang itu tidak menepati janjinya " gumamku mencoba mengalihkan amarahku dengan doa-doa lirihku dalam perjalanan kembali ke kantor
Jum'at, Pukul 17. 00:
Hujan deras mengguyur kota surabaya, aku panik, hingga tiba-tiba HP ku berdering.
" Maaf mas, ini masih dalam perjalan, di sini hujan lebat, tungguin ya......" suara memelas isteri pembuat spanduk mengabarkan keterlambatan-untuk yang kesekian kalinya-mengantarkan spanduk
"Ok, gak papa mbak, saya tunggu...." jawabku mulai merasa iba
Jum'at, setelah sholat maghrib:
Hujan masih begitu deras, memandikan bumi, aku semakin panik, bukan saja karena spanduk yang belum datang, tetapi karena jam segitu angkutan menuju ke terminal Oso Wilangun sudah tidak ada lagi, padahal malam itu aku harus tiba di lamongan untuk menyiapkan talkshow esok hari
Aku membuka mushaf-ku, membaca beberapa ayat suci al-qur'an untuk mengusir kepanikanku, bismillah......
" Ya ALLAH, andaikan aku tadi ikhlas memaafkan kesalahan si pembuat spanduk, maka tolonglah hamba-Mu ini dengan meredakan hujan saat ini juga dan mudahkanlah aku untuk berangkat ke Lamongan... " kembali do'a aku bumbungkan ke udara yang semakin dingin.
Ajaib, subhanallah...
Hujan seketika itu, reda. Sejenak kemudian sang pembuat spanduk datang, dan sembari memohon maaf, ia menyodorkan spanduk pesanan kami
"Segala puji syukur bagi-Mu Ya Rabb, Tuhan sekalian alam... "
Fffiiuh...pantas ada sahabat di zaman Rasulullah SAW yang disebut oleh beliau sebagai ahli surga sampai tiga kali, ternyata amalannya "hanyalah" setiap malam menjelang tidur ia memaafkan dosa-dosa orang yang mendzoliminya seharian itu
"Astaghfirullah... " kalimat pendek yang menemani perjalanan malam itu ke kampung halamanku......

Salam Berbuah Cinta

Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam "Assalaamu'alaikum" kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.
Suatu ketika, Diro ditugaspindahkan ke kota X, untuk jangka waktu dua tahun. Setibanya di kota X itu, lelaki bujangan ini langsung mencari tempat kos/kontrakan yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah tiga hari di kota tersebut, Diro baru menyadari bahwa ada gadis cantik dan shalihah yang tinggal hanya beberapa meter dari kos-nya. Seperti biasa, tanpa maksud buruk, tanpa niat menggoda, Diro pun mengucapkan salam kepada gadis itu, saat keduanya bersama-sama menunggu bis di tepi jalan.
Sekali lagi, Diro tidak punya niat apapun ketika mengucapkan salam. "Dia berjilbab, jadi sudah pasti muslim, maka saya ucapkan salam kepadanya. Lagi pula gadis itu tetangga saya, kan wajar sama tetangga saling menyapa, " alasannya.
Ucapan salam Diro dibalas delikkan mata tidak suka dari gadis tetangganya itu. Namun Diro tidak peduli, karena niatnya sangat tulus. Begitu pun sore harinya, ketika berpapasan di jalan, Diro kembali mengucapkan, "Assalaamu'alaikum Dik... " Jawabannya tidak berbeda dengan pagi hari, wajah tidak suka.
Mungkin pikir si gadis itu, Diro tidak ubahnya lelaki iseng yang senang menggoda. Sudah lazim diketahui, lelaki-lelaki iseng dan kurang kerjaan senang menggoda wanita. Dan bila yang digoda adalah wanita berjilbab, ucapan "Assalaamu'alaikum" biasa dijadikan andalan mulut-mulut lelaki ini.
Berbeda dengan Diro. Dia tidak sakit hati ketika salamnya tidak dibalas, atau bahkan dibalas dengan tatap mata sinis. Setiap hari, setiap kali bertemu dengan gadis itu tetap mengucapkan salam. Diro tidak bosan meski salamnya selalu mendapat jawaban yang serupa, dan sesekali makian, "maunya apa sih?"
Diro hanya membalasnya dengan senyum seraya menjelaskan, "maaf, salam itu hanya doa untuk adik." Belakangan, Diro mengetahui bahwa nama gadis itu, Dian, sebut saja demikian.
Dua bulan bertugas di kota itu, Diro mendapat panggilan dari kantor pusat untuk memberikan laporan tugasnya. Diro pun kembali ke Jakarta untuk waktu dua pekan.
Sementara di kota X, pagi harinya. Dian belum merasakan apa pun. Namun keesokan harinya, gadis itu baru menyadari ada yang ganjil dengan hari-harinya, baik pagi maupun sore. Ya, Dian merasa ada yang hilang. Setelah berpikir sejenak, barulah ia sadar, tidak ada lagi lelaki yang selama ini mengucapkan "Assalaamu'alaikum" kepadanya. Bahkan keesokan harinya, Dian mulai celingak-celinguk mencari lelaki pengucap salam itu. Satu-dua bis yang biasa ditumpanginya sengaja dibiarkan berlalu, "mungkin dia terlambat" pikirnya. Namun hingga hampir satu jam, yang dinanti tak kunjung tiba.
Sepekan sudah Dian tak melihat lelaki pengucap salam. Sepekan pula telinganya tak mendengar suara khas lelaki itu berucap, "Assalaamu'alaikum Dik... " Rupanya Dian mulai kangen dengan ucapan salam itu. Jika mulanya ia merasa ucapan salam Diro itu sebagai godaan lelaki iseng, ternyata kini ia merindukan ucapan salam itu.
Dian hampir putus asa, hingga satu pekan berikutnya tak kunjung terdengar ucapan salam khas nan lembut itu. Sampai di satu pagi, dari arah belakang terdengar suara khas itu lagi, "Assalaamu'alaikum Dik... " Kali ini giliran Diro yang terheran-heran, karena jawaban lembut dari wajah manis yang diterimanya, "Wa'alaikum salam kak... Apa kabar? Ke mana saja? Lama tidak berjumpa......... "
Sejak hari itu, keduanya menjadi akrab. Hari-hari setelah itu, diisi dengan keriangan keduanya dalam setiap perjumpaannya. Sebuah bukti nyata, bahwa ucapan salam jika diberikan secara ikhlas kepada siapa pun, akan membawa kedamaian bagi yang menerimanya. Hanya beberapa bulan setelah itu, belum satu tahun Diro tinggal di kota X itu, Diro dan Dian sepakat untuk menyatukan hati dalam bingkai rumah tangga.
Maha suci Allah dan Rasulullah, yang mengajarkan kalimat "Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu..". (Ibam)

Susahnya Konsisten

Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. Apa yang paling dekat, paling jauh, paling berat, paling ringan, paling besar dan paling tajam dalam hidup ini. Sejujurnya kisah seperti itu sudah sering kudengar, baik lisan maupun tulisan. Namun entah kenapa ketika beliau menyampaikan kembali rasanya begitu tajam menghunjam ke sanubari. Yang paling dekat dengan kita adalah kematian, yang paling jauh dengan kita adalah masa lalu, yang paling besar adalah nafsu, yang paling tajam adalah lidah, yang paling berat adalah amanah dan yang paling ringan adalah meninggalkan sholat.
Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. Apalagi suaranya begitu berapi-api, melengking naik turun, kadang mendayu, menusuk langsung ke kalbu, menghanyutkan, apalagi ketika kemudian ayat-ayat Nya dibacakan. Tanpa terasa urat malu serasa dibelah-belah sempurna. Sepertinya ke-enam hal tersebut mulai menjadi hal yang jarang direnungkan. “Gue banget gitu loh”. Tes, tes, tes, air mata menetes malu-malu. Dan seperti biasa setiap dinasehati, hati bernyanyi, berjanji akan menjadi lebih baik.
Saya begitu terpesonanya ketika sosok di depanku memaparkan tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. Tanpa terasa 20 menit mengalir begitu saja. Mulut terkunci rapat, hati sunyi, qalbu tertunduk malu. Tersindir sejadi-jadinya. Apalagi ketika paparan tentang melalaikan sholat sebagai hal yang ternyata paling ringan, paling gampang, paling mudah dilakukan. Saya tersindir hebat, berapa kali saya benar-benar berdiri ketika adzan menggema? Apalagi mempersiapkan wudhu, hati, dzikir dan jiwa beberapa saat menjelang azan sehingga saat menghadap padaNya dalam keadaan indah luar biasa. Dan untuk kali ini pula, kami sholat benar-benar tepat pada waktunya. Pembicaraan benar-benar disudahi begitu adzan memanggil. Tidak seperti minggu-minggu biasanya, dikorupsi dulu beberapa menit, bahkan sampai 1 jam.
Saya begitu terpesonanya setelah sosok di depanku selesai memaparkan tentang beberapa nasehat singkat sehubungan dengan 6 pertanyaan imam al-Ghozali. Pikiran dan hati inipun masih dalam keadaan merenung sempurna saat sosok itu mengajak ke Islamic Book Fair yang lagi digelar di Istora Senayan. Kami banyak berdiskusi kembali tentang hal di atas.
Beberapa jam telah dihabiskan untuk sekedar ’tawaf’ melihat-lihat berpuluh-puluh stand yang tak hanya menjual buku tapi juga pernak pernik muslimah. Dan tanpa terasa magrib pun menjelang. Sosok yang tadi saya ceritakan masih asyik berpindah-pindah dari satu stand jilbab ke stand lainnya. Terus terang saya mulai jengah, karena lebih menyukai stand buku-buku, lagipula adzan maghrib telah memanggil. Sebagai seorang junior, saya mencoba mencolek perlahan dan memberi tanda bahwa magrib telah menjelang. Sebentar lagi saudariku, kata sosok tersebut. Lima menit, 6 menit akhirnya 10 menit menjelang. Wajah ini mulai meradang saat menuju kamar mandi, mengingat betapa antrian wudhu di tempat seperti ini luar biasa. Wudhu rasanya tidaklah sempurna. Alhamdulillah sholat maghrib bisa ditunaikan dengan sempurna tepat 10 menit menjelang Isya. Saya tercenung cukup lama. Betapa konsisten itu susah. Betapa istiqomah itu berat.
Belum habis dzon yang meraja di hati ini, tiba-tiba sosok tersebut berseru kaget. Ternyata teman seorganisasi juga berada di musholla tersebut. ”Alhamdulillah, ketemu mbak Fulanah di sini” ujarnya senang, ”Saya jadi ada teman untuk berangkat bareng ke syuro malam ini”. Saya ikut tersenyum senang. Tapi kemudian situasinya menjadi berbeda saat temannya tersebut mengatakan bahwa dia juga baru saja datang jadi belum sempat lihat-lihat. Muslimah tersebut menawarkan supaya kami duluan saja. Saya setuju karena kaki ini sudah begitu lelah. Dua jam sebelum datang ke book fair saya sudah menemani muslimah lain berkeliling JCC mencari kebutuhan elektronik, karena dianggap 'mengerti'
Namun jawaban teman saya ternyata cukup mengejutkan. Beliau ternyata masih ingin ’tawaf’ karena masih ’penasaran’ dengan beberapa hal yang belum dilihat. Malam sudah cukup larut, menjelang Isya dan terus terang saya tidak berani pulang sendirian menuju jalan raya dari Istora Senayan. Akhirnya saya memilih menunggu mereka di tangga di depan salah satu stand. Menit-menit berlalu cepat dan dzon-dzon yang membuat hati ini tidak nyaman masih bercokol dengan gagahnya. Betapa susahnya konsisten, bahkan terhadap nasehat yang baru kita ucapkan. Perasaan ini begitu menggerogoti kelemahan hati saya sebagai insan. Kecewa, marah, introspeksi, jangan-jangan saya pun sering begitu. Berbeda ucapan dan perbuatan. Belum sepenuhnya istiqomah. Bukankah saya juga jauh dari sempurna. Ya Allah, bahkan saya tidak mampu menyampaikan perasaan saya ke teman saya tersebut.
Menit demi menit berlalu, tanpa terasa sudah lebih 1 jam rupanya saya menunggu ’tawaf sesi ke-2’ ini. Hati mulai tidak tenang. Saya kemudian menghubungi muslimah teman saya dan menanyakan jam berapa kita harus pulang. Tanpa saya duga teman saya menyuruh saya pulang duluan, karena memilih menunggu teman tersebut untuk pulang bersama. Jleb!!! Saya terpana. Sekarang berjuta perasaan campur aduk. Kecewa, marah, sedih, terpukul dan takut, semua campur aduk. Ya saudariku, sudah menjelang pukul setengah 10 malam dan engkau tega menyuruh saya pulang sendiri.
Akhirnya ego saya mengalahkan rasa takut. Memang di luar tidak sesepi seharusnya karena pameran ini masih dikunjungi banyak orang. Namun pedih dan sedih lebih merajai hati dan perasaan saya. Saya berlari menuju terminal busway dan pulang ke kos-an dengan perasaan tidak karuan. Berjanji bahwa ini tidak boleh terjadi lagi. Seharusnya saya pulang setlah sholat maghrib, seharusnya saya tadi tidak ke sini, seharusnya ini itu dan seterusnya. Air mata berlinang-linang mengiringi kemelankolisan hati saya. Ya saudariku, tak sekadar tentang melalaikan shalat, bahkan saya mulai bingung dengan caramu memahami silaturahmi.
Ah entahlah, mungkin saya terlalu melankolis, mungkin sebenarnya ini hal yang biasa saja. Namun Ijinkan saya sekedar berbagi. Supaya nasehat yang semestinya juga buat diri saya, juga bermanfaat buat orang lain.
Redaksi menerima kiriman artikel untuk rubrik Oase Iman. Kirimkan artikel anda melalui FORM yang kami sediakan.

Tuesday, April 17, 2007

Press Release (Out Bond Keluarga)

PERERAT SILATURRAHMI DENGAN OUTBOND KELUARGA
al Qolam pers :
Bisingnya kota metropolitan menjadi penyebab utama kepenatan utama bagi penduduk kota metropolis. surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia adalah salah satu kota tersibuk penduduknya. hal ini menyebabkan mereka jarang bertemu dalam rangka bersilaturrahmi. menyikapi hal yang demikian DPD Hidayatullah Surabaya bekerjasama dengan MUSHIDA Surabaya Insya Allah akan melaksanakan sebuah even dimana diharapkan akan menjadi ajang silaturrahmi antar warga dan jama'ah Hidayatullah.
adapun even yang akan dilakukan adalah outbond keluarga yang rencananya akan diadakan di pantai dalegan, desa Prupuk, kecamatan Panceng, kab. Gresik pada ahad 15 april 2007. acara yang akan diikuti oleh warga dan jama'ah Hidayatullah Surabaya ini bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antar warga Hidayatullah hal ini disampaikan Ust. Syaifuddin Nawawi, ketua DPD Hidayatullah surabayakepada redaksi al Qolam " acara ini memang bertujuan untuk menpererat ukhuwah diantara anggota dan senantiasa mengajak serta mendidik keluarga agar menjadi keluarga yang barakah" ujar beliau. pada acara ini juga peserta akan diajak melihat-lihat kampus Panceng serta melihat lebih dekat proses pembibitan pohon jati sambil menikmati semangka hasil kebun Panceng, “memang sudah kita pesan ke Ust. Dzakaria (pimpinan Hidayatullah Panceng, red) untuk menyediakan semangka hasil kebun Panceng, biar di beli ibu-ibu dan juga kita pesan agar menjual cumi-cumi dan kepiting yang sudah di masak”, ujar ibu Hamam, sekretaris MUSHIDA Surabaya yang juga sebagai panitia dalam acara tersebut. anda berminat? silahkan menghubungi panitia di 031-5939749.(Ibam/red)

Thursday, April 12, 2007

SEKULERISME

A. TA’RIF
Sekulerisme adalah sebuah paham gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Ini berarti bahwa dalam aspek politik, pemerintah juga harus berdasar sekulerisme.

B. SEJARAH BERDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA
Gerakan sekulerisme tumbuh di Eropa, dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan pengaruh penjajahan, kristenisasi, dan komunisme. Banyak faktor yang mengakibatkan tersebarnya gerakan ini, baik sebelum dan sesudah meletusnya revolusi Prancis pada tahun 1799 M. Sistem dan pemikirannya telah mengkristal, dengan berkembangnya beberapa peristiwa, yang secara kronologis sebagai berikut:

1. Kaum agamawan telah berubah menjadi tiran, menjadi politikus-politikus profesional, dan menjadi diktator-diktator berkedok iklerius, kepasturan, komunis dan penjualan bursa penebusan dosa (pengampunan dosa).
2. Sikap gereja menentang science, mengungkap pola berfikir, membentuk pengadilan-pengadilan, penggeledahan dan menuduh para ilmuwan (Scientist) sebagai pengacau.
- Nicolas Copernicus: pada tahun 1543 M. Ia menulis buku “Bergeraknya Benda-Benda Langit.” Tapi buku tersebut di larang oleh gereja.
- Garnado: ia menciptakan teleskop. Lalu di siksa dengan kejam sekali, padahal saat itu ia sudah berumur 70 tahun. Wafat tahun 1642 M.
- Rene Descrates: menyeru kepada penerapan sistem logika dalam berfikir dan perilaku kehidupan.
- Francis Bacon: muncul dengan sistem empiriknya, yang igin di terapkan dalam segala segi.
- Baruch Spinoza: Penemu aliran kritik sejarah, nasibnya menentukan ia mati dibakar.
- John Locke: Menuntut agar wahyu tunduk kepada akal, ketika terjadi kontradiksi.
3. Lahirnya prinsip “Akal dan Alam”: Orang-orang sekuler menyeru kepada kebebasan akal dan diletakkannya sifat-sifat Tuhan pada alam.
4. Revolusi Prancis: Akibat konflik yang terjadi antara gereja di satu pihak denga gerakan-gerakan baru di pihak lain, maka lahirlah pemerintahan Prancis pada tahun 1789 M. Ini merupakan pemerintahan sekuler pertama yang memerintah atas nama rakyat. ada yang berpendapat, bahwa orang-orang Freemansonry (Massonary) telah mengeksploitasi kesalahan-kesalahan geraja dan pemerintah Prancis. Mereka membonceng pada gelombang revolusi untuk mencapai tujuan-tujuan yang mugkin bisa di raih.
5. Masa Aufklarung (pencerahan) yang membidani lahirnya revolusi.
- Jean Jacques Rousseu pada tahun 1778 M., menulis buku Kontak Sosial yang di anggap sebagai Injilnya revolusi.
- Montesquieu menulis buku Semangat Undang-undang.
- Spinoza dikategorikan sebagai pelopor sekulerisme dalam arti sebagai sistem hidup dan moral. Tokoh in mempunyai sebuah risalah tentang Ketuhanan dan Politik.
- Voltaire, penemu Hukum Alam itu menulis buku Agama dan Batas Akal Saja tahun 1804 M. William Godian pada tahun 1793 M, menulis buku Keadilan Politik yang isinya terang-terangan menyeru kepada sekulerisme.
6. Comte De Mirabeu di kategorikan sebagai orator, pemimpin, dan filosof revolusi Perancis.
7. Sejumlah orang-orang proletar (kaum jelata) menyerbu Bastille dengan mengumandangkan slogan “Roti”, kemudian slogan berubah menjadi “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan”, yaitu slogannya orang-orang Freemansory, dan slogan “Mati Kaum Reaksioner” yaitu sebagai slogan yang mengandung konotasi agama. Orang-orang Yahudi telah memasukkan slogan-slogan tersebut untuk menghilangkan garis pemisah antara mereka dengan seperangkat peralatan agama, dan menghilangkan perbedaaan agama. Dengan demikian, berubahlah revolusi itu, dari revolusi melawan kekejaman-kekejaman kaum agamawan menjadi revolusi terhadap agama.
8. Teori Evolusi: Muncul sebuah buku Asal-Usul manusia tahun 1859 M., karangan Charales Darwin. Buku itu terfokus pada hukum natural selection (Penyaringan alam) dan ketetapan yang lebih layak. Teori tersebut telah menetapkan, bahwa nenek moyang manusia yang sebenarnya adalah suatu embrio yang sangat kecil, yang hidup di sebuah alam tertentu sejak berjuta-juta tahun yang silam. Kera adalah salah satu tahapan evolusi yang berakhir pada manusia. Teori telah mengakibatkan runtuhnya keyakinan-keyakinan kepada agama dan tersebarnya atheisme. Orang-orang Yahudi telah mengeksploitasi teori tersebut secara kejam.
9. Munculnya Fredich Nietzsche: filasafat Nietzsche yang berangapan, bahwa Tuhan telah mati, sedangkan yang menduduki tempat Tuhan adalah superman.
10. Emile Durkheim (Yahudi): memadukan antara sifat kebinatangan manusia dengan sifat meterialistiknya dalam sebuat teori “Akal Terpadu.”
11. Sigmud Freud (Yahudi): Menjadikan dorongan seksual sebagai landasan untuk menafsirkan segala fenomena yang ada pada manusia, menurut pandangannya, adalah seekor binatang yang seksualitis.
12. Karl Marx (Yahudi): penemu tafsir materialisme berdasarkan sejarah yang percaya pada evolusi mutlak. Ia adalah seorang propagandis komunisme sekaligus pendiri utamanya yang menganggap agama adalah candu masyarakat.
13. Jean Paul Sartre tentang “Eksistensialisme”, dan Colin wilson tentang “Non Afiliation”: menyeru kepada eksistensilisme dan atheisme.
14. Sekulerisme di negara-negara Arab dan dunia Islam, bisa di sebut sebagai contoh, antara lain.
- Di Mesir: Khudaiwi Ismail memasukkan perundang-undangan Prancis pada tahun 1883 M. Tokoh ini sudah tergila-gila terhadap Barat. Cita-citanya ingin menjadikan Mesir sebagai bagian dari Barat.
- India: Sampai tahun 1791 M, hukum yang berlaku di negeri ini masih sejalan dengan syari’at Islam tetapi setelah didalangi oleh Inggris kemudian berangsur-angsur berubah, melepaskan syari’at Islam. Sehingga abad pertengahan abad ke-19, syariat Islam telah habis sama sekali di negeri itu.
- Al-Jazair: negara ini menghapuskan hukum Islam setelah di jajah Perancis pada tahun 1830 M.
- Tunis: memasukkan perundang-undangan Perancis pada tahun 1906 M.
- Maroko: memasukkan perundang-undangan Perancis tahun 1913 M.
- Turki: memakai baju sekulerisme setelah melepaskan Khilafah Islamiyah, dan stabilitas kekuasaan dikendalikan dan didominasi oleh Kemal Ataturk, walaupun sebelumnya telah terjadi guncangan-guncangan sebagai prolog sekulerisasi.
- Irak dan Syam: Hukum Islam dihapuskan setelah khilafah Islamiyah Ustmaniyah tamat, dan tegaknya kekuasaan Inggris dan Perancis dinegeri itu sampai itu sampai berurat-berakar.
- Sebagian negara-negara Afrika: di benua ini terdapat pemerintah kristiani yang memilki warisan otoritas setelah perginya penjajah.
- Indonesia dan sebagian besar negara-negara Asia Tenggara juga berdiri atas dasar negara sekuler.
- Tersebarnya partai-partai sekuler dan timbulnya nasionalisme seperti: Partai Baats, Partai Nasional Syria, Aliran Fir’aunisme seperti Thuranisme, Nasionalisme Arab dan lain-lain.
15. Para propagandis sekulerisme di negara-negara Arab dan di dunia Islam, antara lain: Ahmad Lutfi Syyid, Ismail Madzhar, Qasim Amin, Thaha Husein, Abdul Aziz Fahmi, Michel Aflak, Anton Sya’adah, Soekarno, Jawaharal Nehru, Mustafa Kemal Ataturk, Jamal Abdul Nasser, Anwar Sadar dan lain-lain.
C. PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA
Sebagai orang sekuler ada yang sama sekali mengingkari Allah.
Sebagian ada yang percaya akan adanya Allah, tetapi mereka juga menyakini, bahwa tidak ada hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia.
Kehidupan ini hanyalah berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan didukung oleh akal dan berbagai eksperimen.
Ditegakkannya tembok pemisah yang kokoh antara dunia ruh dan dunia materi. Nilai-nilai spiritual menurut mereka adalah nilai yang negatif.
Dipisahkannya agama dengan politik, dan di tegakkannya kehidupan berdasarkan materi belaka.
Diterapkannya prinsip pragmatisme dalam rangka urusan kehidupan.
Berpegang pada prinsip Machiavelli dalam filsafat hukum, politik dan moral.
Disebarkannya permisifisme, kekacauan akhlak, dan dihancurkanya keutuhan keluarga yang merupakan cikal bakal; pertama dalam sebuah bangunan masyarakat.
Adapun tersebarnya keyakinan-keyakinan sekulerisme dalam masyarakat baik di dunia Islam maupun negara-negara Arab, adalah berkat jasa kolonialisme dan kristenisasi. Keyakinan-keyakinan itu adalah:
- Diputar balikkannya hakikat Islam, Al-Qur’an dan Rasululah.
- Diyakininya, bahwa Islam telah menyederhanakan tujuan-tujuannya, yakni dianggapnya Islam hanyalah berupa upacara-upacara keagamaan dan ritual belaka.
- Dianggapnya, bahwa Islam tidak sesuai dengan peradaban, dan hanya menyebabkan kemunduran.
- Peradaban Islam diputarbalikkan. Gerakan-gerakan destruktif kelompok sempalan dalam sejarah Islam dibesar-besarkan dan dianggapnya bahwa itu adalah gerakan reformasi.
- Dihidupkannya peradaban –peradaban kuno.
- Segala sistem dan manhaj sekuler dari barat disadur dan ditransfer untuk di masukkan ke dalam dunia Islam.
- Dididiknya generasi-generasi Islam dengan pendidikan sekuler.
- Apabila ada suatu alasan tentang keberadaan sekulerisme di Barat, maka tak ada satu alasanpun bagi Timur untuk menolak Sekulerisme.

D. AKAR PERMIKIRAN DAN SIFAT IDEOLOGISNYA
Mula-mula gerakan ini dirancang untuk memusuhi kekuasaan yang mutlak dari gereja. Tapi dalam perkembangannya gerakan ini juga memusuhi agama-agama apapun, baik yang mendukung ilmu pengetahuan ataupun yang memusuhinya.
Yahudi mempunyai peranan yang besar dalam menegakkan sekulerisme, karena mereka mendapat jalan untuk mewujudkan dominasinya, yaitu dengan menghilangkan garis pemisah yang bersifat agamis, yang selama ini menjadi penghalang antara yahudi dengan semua bangsa lainnya di muka bumi ini.
A. Gulillaume berkata, “tak ada satu masalah pun bertentangan dengan ilmu yang didalamnya ada agama, kecuali yang benar di pihak ilmu dan yang dalam di pihak sekutu agama.”
Disama-ratakannya teori “Permusuhan antara ilmu di satu sisi dan agama di sisi lain”, agar di dalamnya termasuk agama Islam. Meskipun Islam tidak pernah berlawanan, baik dengan kehidupan maupun dengan ilmu (science) seperti halnya sifat gereja. Bahkan islamlah yang lebih dahulu menerapkan sistem empirik dan menyebarkan science.
Diingkarinya akhirat karenanya tak ada amal perbuatan untuk akhirat. Mereka yakin bahwa kehidupan di dunia adalah satu-satunya kesempatan untuk bersuka ria dan berfoya-foya.

E. TEMPAT TERSIAR DAN KAWASAN PENYEBARANNYA
Sekulerisme pertama kali muncul di Eropa. Tapi mulai di perhitungkan keberadaanya secara politis bersamaan dengan lahirnya revolusi prancis tahun 1789 M. Berkembang merata ke seluruh Eropa pada abad ke-19 M. Kemudian tersebar lebih luas lagi ke berbagai negara di dunia, terutama di bidang politik dan pemerintahan, yang pada abad ke –20 M. Di bawa oleh penjajah dan missionaris Kristen.

F. PERBANDINGANYA DENGAN ISLAM
Sekulerisme merupakan sebuah ajaran yang memisahkan urusan dunia dari agama. Agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan manusia secara pribadi dengan tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya berdasarkan kesepakatan sosial.
Sekulerisme bertentangan dengan islam, karena islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya semata, tapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Islam adalah agama yang utuh dan sempurna, lengkap dan komprehensip. Tidak ada satupun sisi kehidupan manusia yang terlepas dari aturan islam, ekonomi, bisnis, politik dan sosial budaya. Semua aspek kehidupan seorang yang berislam harus sesuai dengan apa yang sudah disyariatkan Allah dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

G. PENGARUH SEKULERISME TERHADAP UMMAT ISLAM
Diantara pengaruh paham sekuler terhadap ummat adalah:
1. Rusaknya moralitas dikalangan ummat karena menganggap agama hanyalah terbatas pada ibadah-ibadah di mesjid saja, di luar masjid mereka tidak ada aturan.
2. Lahirnya ummat yang mengagungkan materi dan dunia bahkan menjadikan dunia dan materi sebagai standart keberhasilan seseorang, tidak pada yang lainnya.